Senin, 06 Juni 2022

Review Drama Korea: Happiness

HAPPINESS



Drakor Happiness


    "Happiness" adalah sebuah serial televisi asal negeri ginseng Korea Selatan yang dibintangi oleh Park Hyung Sik dan Han Hyo Joo. Drama yang tayang perdana 5 November 2021 dengan total 12 episode ini menyajikan cerita yang seru dan sayang untuk dilewatkan. Terutama untuk kalian penggemar cerita bergenre action dengan romansa tipis-tipis.

    Diceritakan Park Hyung Sik dan Han Hyo Joo yang baru menikah mulai menjalani kehidupan baru mereka di sebuah apartemen di pusat kota. Kemudian sebuah virus aneh menyerang dan menyebar ke seluruh kota. Virus mirip rabies yang mengubah orang yang terserang virus tersebut merasa kehauasan dan menjadi lebih agresif. Mereka yang terserang virus tersebut berubah menjadi zombie dan menyerang orang-orang normal yang ada di sekitarnya.

    Penasaran dengan perjuangan Park Hyung Sik dan Han Hyo Joo? Drama ini masih bisa ditonton di beberapa platform online seperti Netflix dan Iflix. Berikut ini adalah pelajaran yang bisa diambil dari drama Korea Happiness:

1. Jangan asal menilai seseorang dari penampilan luarnya karena fisik tidak selalu mencerminkan isi.

2. Di dunia yang makin gila ini tetap sehat dan waras adalah salah satu kebahagiaan (happiness).

3. Perasaan yang tulus tidak akan pernah mempermasalahkan status.

4. Cara terbaik untuk mengetahui sifat asli seseorang adalah saat orang itu berada pada titik terendah dalam hidupnya.

5. Mengorbankan orang lain untuk menyelamatkan diri sendiri hanya akan membawamu pada penyesalan.

6. Kadang, bahagia itu bukan tentang apa tapi tentang siapa.


Senin, 07 Desember 2020

NKCTHI Movie Review: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, The Wound That is Hidden Behind Happiness

NKCTHI Movie Review: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, The Wound That is Hidden Behind Happiness

 


Film NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini). Foto: Istimewa

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) is an Indonesian movie that was released on 2 January this year. This movie directed by Angga Dwimas Sasongko and adapted from a book by Marcella FP with the same title. Not inferior to the book, the movie was also welcomed very well by the public. Awan, Aurora, Angkasa, Kale, Narendra, and Ajeng are the main characters in this movie were played by Rachel Amanda, Sheila Dara Aisha, Rio Dewanto, Ardhito Pramono, Donny Damara, and Susan Bachtiar.

This movie tells the story of three siblings, namely, Angkasa (eldest, male), Aurora (middle, female), and Awan (youngest, female) who lived in families that looked happy. In fact, the family has trauma covered by the father to make family members happy. The plot in this movie is very unbelievable.

One dialogue that most memorable for me is when Kale said and wrote in Awan's hand that had been cracked in an accident. He said, “Sabar, satu persatu” or in English, “Patience, one by one”. When Awan’s friends wrote encouraging words for Awan. Instead, Kale said and writes reminder words that patience is the key to all problems that come into our lives.

On a scale of 1-5, I would give 4 stars to this movie. This rating tells that this movie is more than worth watching. I recommend this movie to watch, because almost all the stories in this movie are very related to our daily lives, about falling, getting up, and holding on. This movie teaches us that life cannot be relied on by others, we have to work on it ourselves, make our own decisions, and create our own happiness. The movie also teaches us to accept reality and not cover wounds by pretending to be happy. In my opinion, this movie is worth watching for those aged 17 and over, because the problems in this movie are mostly experienced by those aged 17 years and over, a time when someone is looking for an identity. For those who haven’t had time to watch this movie while playing in theaters, you can still watch it on Netflix.


#englishsection #NKCTHImovie #reviewmovie

Sabtu, 26 September 2020

MERELAKAN ORANG YANG PERGI DARI HIDUP KITA

Pelajaran Hidup dari Merelakan Orang yang Pergi dari Hidup Kita




    Dalam hidup, ada yang datang dan pergi. Ada yang datang menetap, tapi lebih banyak yang hanya singgah sesaat. Tapi, dari setiap pertemuan dan perpisahan selalu ada pelajaran penting yang bisa kita dapatkan.

    Seperti kebanyakan orang yang ditinggalkan, saya juga merasa kehilangan, hampir putus harapan dan merasa bahwa hidup ini tidak adil. Sampai pada satu titik di mana akhirnya saya menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita pasti memiliki alasan.

    Dari kehilangan itu, perlahan saya mulai merelakan, dan menemukan banyak pelajaran hidup. Saya juga lebih bisa memahami hakikat hidup ini dari merelakan seseorang yang pernah begitu berarti.

    Tahu apa pelajaran hidup yang saya dapatkan?

    Pertama, akhirnya saya sadar bahwa hakikat hidup adalah sementara. Tidak ada yang benar-benar menetap, karena cepat atau lambat orang-orang yang ada di dalam hidup kita satu persatu akan pergi dan memilih jalannya sendiri-sendiri.


    Mungkin kalian pernah dengar kata-kata bahwa: "semakin dewasa, seseorang akan semakin merasa sendirian" dan itu benar, karena saya sudah merasakannya sendiri. Semakin dewasa, seseorang akan semakin tahu apa yang dia inginkan dalam hidup, apa tujuan hidupnya, prioritasnya, mana yang harus dia pertahankan dalam hidupnya dan mana yang pelan-pelan harus dia buang dan tinggalkan. Hal itu berlaku juga untuk orang-orang yang ada atau pernah ada di dalam hidup kita.

    Merelakan memang tidak mudah, apalagi merelakan orang-orang yang kita sayangi, yang semula ada lalu mendadak tidak ada. Tapi, bukan kapasitas kita juga untuk menahan orang-orang yang pernah ada untuk terus-terusan ada.

    Percayalah, menahan mereka yang ingin pergi hanya akan membuat kamu terlihat menyedihkan. Ikhlaskan, relakan, dan yakinlah bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan untuk ada di dalam hidup kita akan selalu menemukan jalannya. Sebaliknya, seberusaha apapun kita menahan, yang pergi akan tetap pergi tanpa bisa kita tahan sama sekali.

    Sebagai penutup, tulisan di atas hanyalah opini saya, jika ada yang tidak sependapat itu bukan masalah sama sekali, sebab dunia ini memang penuh dengan perbedaan, kan?

Terimakasih sudah membaca.


catatan: tulisan ini pernah saya post di quora.

Kamis, 24 September 2020

Puisi - Tanpa Nada Tanpa Jiwa



Bulan sudah bergerak merangkak menuju sepuluh

Tapi hidup seakan tak berpindah ke mana-mana

Terasa diam di tempat dan makin membuat pening kepala

Ingin rasanya merutuk dan mengamuk,

tapi... pada siapa?

tapi... untuk apa?

Dibanding menyalahkan hidup, rasanya lebih menyenangkan menikmatinya saja

Merasakan waktu senggang yang sedikit lebih lama daripada seharusnya

Merasa terpenjara dalam tempat yang seharusnya menjadi satu-satunya tujuan kembali

Ah! Bahkan, tulisan ini saja terasa hambar, tanpa nada, tanpa jiwa

Hanya kosong

Minggu, 27 Oktober 2019

Puisi - Dirimu


akhirnya,
bukan dia atau mereka yang bisa membuatmu tetap kokoh dan tegak berdiri
bukan dia atau mereka yang bisa menarikmu keluar dari jerat yang seakan mengunci
bukan dia atau mereka yang menahanmu untuk tak pergi meski rasanya kau ingin sekali enyah dari muka bumi
bukan dia atau mereka yang tetap bertahan meski seluruh dunia seolah tak acuh dan tak peduli
lagi,
bukan dia atau mereka tapi dirimu sendiri
dirimu sendiri yang bisa menjadi sumber kekuatan paling nyata
dirimu sendiri yang tak kan ke mana-mana meski seluruh dunia tak henti bergerak entah ke mana

jangan sampai kalah oleh ilusi,
jangan mau jatuh dan mengakhiri yang sedang terjadi
kamu hebat, berharga meski tidak sempurna

Puisi - Berspekulasi


Berspekulasi rasanya menyenangkan. Menebak-nebak emosi hanya dari sepenggal kata
Menghakimi padahal kamu bukanlah yang Maha Kuasa

Berspekulasi rasanya memang menyenangkan.
Bersikap seolah dirimu paling segalanya, sampai lupa diri berpijak di mana

Coba pahami lagi perihal mencari kesalahan dan bertanya
Sudahkah kamu memahami dengan baik apa fungsi tanda tanya di belakang kalimat?
Atau menganggap ia hanyalah sebentuk simbol yang tak berarti apa-apa

Hanya karena kamu merasa lebih pintar, bukan berarti kamu berhak membodohi orang lain
Hanya karena merasa lebih tinggi, bukan berarti berhak merendahkan orang lain

Coba tengok lagi. Masihkah kakimu berpijak di bumi?
Jika masih, kenapa bersikap layaknya langit?

Minggu, 13 Oktober 2019

Puisi - Bukan Langit



PUISI - BUKAN LANGIT

Kepada diri sendiri, berhenti menyiksa dan memaksa
Kamu bukan langit yang hanya perlu berkabar lewat cuaca,
semua paham apa yang dirasa
Kamu manusia, diberi mulut untuk bicara

Kepada diri sendiri, berhenti menyiksa dan memaksa
Setiap kita sudah punya duka,
jangan menambahi dengan memilih tutup mulut dan meminta diterka
Sebab kamu manusia, mampu bicara jika tak suka
Cukup sampaikan jika hatimu penuh lara
Kamu bukan langit, yang mengabu saat dirundung duka
Kamu bukan langit, yang membiru saat dunianya penuh tawa
Kamu manusia, diberi kemampuan untuk bicara

Kepada diri sendiri, berhenti menyiksa dan memaksa
Tidak semua akan paham apa yang kau rasa
Tidak semua benar peduli padamu yang berduka
Mulailah menerima jangan terus memaksa
Sebab ini tentang penerimaan yang kau lupa
Ini tentang seseorang yang melupa
Tentang seseorang yang diabaikan di sudut logika
Dia mengadu pada dunia, tak ada yang peduli pada dirinya
Padahal, jauh sebenarnya dia melupa
Lupa jika dia masih punya jiwa untuk dijaga
Kau tahu siapa dia?
Dirimu yang sibuk mencari wujud lain untuk merasa
Dirimu yang terlalu sibuk menyalahkan dunia,
karena tak paham apa yang kau rasa

Kepada diri sendiri, pahami ini baik-baik
Kamu berharga tanpa perlu memaksa untuk dicinta
Sebab ada wujud paling nyata yang seharusnya kamu jaga,
dirimu sendiri bukan yang lainnya